Analisis / Sejarah

Mungkinkah Kunjungan Che ke Indonesia Memicu Kejatuhan Sukarno?

Ernesto "Che" Guevara, sedang berpose di depan Candi Borobudur, saat ia berkunjung ke candi tersebut pada tanggal 31 Juli 1959. [Sumber foto: ANRI]

Ernesto “Che” Guevara, sedang berpose di depan Candi Borobudur, saat ia berkunjung ke candi tersebut pada tanggal 31 Juli 1959. [Sumber foto: ANRI]

Oleh Matheos Messakh

TAHUKAH anda bahwa icon revolusioner Ernesto Che Guevara (14 Juni 1928 – 9 Oktober 1967) pernah berkunjung ke Indonesia? Ya, sang legenda kelahiran Argentina ini mengunjungi Indonesia pada tahun 1959.

Antara bulan Juli sampai Agustus 1959, Che memimpin sebuah delegasi untuk melakukan kunjungan persahabatan ke 14 negara-negara Asia dan Afrika, khususnya negara-negara yang menandatangani “Deklarasi Bandung” 1955. Sebagai tuan rumah , sekaligus sebagai salah satu penggagas Konperensi Asia Afrika, Indonesia termasuk dalam daftar negara yang dikunjungi oleh tokoh revolusioner Amerika Latin ini.

Negara-negara yang dikunjungi antara lain Uni Emirat Arab dimana ia bertemu Nasser, India, Thailand, Jepang dan Pakistan. Mereka juga ke Eropa Timur dan Barat dan mengakhiri kunjungan di Maroko.

Foto-foto di Borobudur [sumber: Kompas]

Foto-foto di Borobudur [sumber: Kompas]

Saat berkunjung ke Indonesia Che mungkin belum terlalu terkenal karena baru pada awal tahun baru 1959 Fidel Castro dan pasukannya berhasil menggulingkan diktator Batista yang melarikan diri keluar negeri. Che sendiri baru mendapat kewarganegaraan Kuba pada 9 Februari 1959.

Sang El Comandante juga mengunjungi Candi Borobudur pada 31 Juli 1959 dimana ia mengambil banyak foto dan Nampak sangat serius. Mungkin ia terpesona dengan kekayaan heritage Indonesia. Pada saat kunjungan Che, Indonesia belum membuka hubungan diplomatik dengan Kuba. Baru setelah kunjungan itu Indonesia secara resmi membuka hubungan diplomatik dengan Kuba yaitu pada 22 Januari 1960.

Pada 13 Mei 1960 Soekarno melakukan kunjungan balasan ke Kuba dan disambut oleh Che dan Fidel Castro di bandara Jose Marti, Havana. Pada tahun yang sama foto kunjungan Bung Karno ke Kuba dicetak dalam bentuk perangko oleh PT. Pos Indonesia. Empat puluh delapan tahun kemudian yaitu ada tahun 2008, foto kunjungan itu dimana Che sedang duduk bersama Bung Karno dan foto Bung Karno bersama Castro dibuat dalam dua buah perangko oleh pemerintah Kuba.

Tujuh tahun setelah kunjungan Che ke Indonesia itu, ia tertangkap di belantara Bolivia oleh tentara Bolivia dukungan CIA dan dibunuh.

Kunjungan balasan Bung Karno ke Kuba disambut Che dan Fidel Castro di bandara Jose Marti [iwandahnial.wordpress.com]

Kunjungan balasan Bung Karno ke Kuba disambut Che dan Fidel Castro di bandara Jose Marti [iwandahnial.wordpress.com]

Mungkinkah kunjungan Che Guevarra ada hubungannya dengan kejatuhan Bung Karno? Sangat mungkin jika ditempatkan dalam konteks Perang Dingin pada waktu itu. Sejak selesainya Perang Dunia II, gerakan-gerakan nasionalis di berbagai Negara di Asia dan Afrika sering bersekutu dengan blok Komunis, atau dianggap oelh Barat sebagai sekutu Komunis. Hampir semua pemimpin Asia dan Afrika yang mendekat ke Blok Soviet dikudeta oleh militer dukungan Amerika serikat. Kompetisi antara Blok Barat dan Blok Soviet ini terus berlangsung sampai Uni Soviet hancur di tahun 1991, namun apa yang terjadi sampai dengan tahun kunjungan Che ini menjelaskan mengapa kunjungan itu sangat bermakna.

Che menemui Bung Karno saat kunjungan Bung Karno ke Kuba. [http://www.indonesia.estranky.cz]

Che menemui Bung Karno saat kunjungan Bung Karno ke Kuba. [http://www.indonesia.estranky.cz]

Pada tahun 1953, CIA dibawah Presiden Eisenhower menjalankan operasi rahasia yang disebut Operation Ajax, untuk menggulingkan perdana mentri Iran, Mohammad Mosaddegh.[1] Mosaddegh digantikan oleh shah pro-Barat, Mohammad Reza Pahlavi.

Di Guatemala, sebuah kudeta militer yang diback-up oleh CIA juga menjatuhkan president sayap kiri Jacobo Arbenz Guzmán di tahun 1954.[2]

che-stamp

[darfi.wordpress.com]

[darfi.wordpress.com]

Di Indonesia, usaha untuk menggulingkan Sukarno sudah dimulai sejak pemberontakan PRRI-Permesta yang dimulai pada bulan Februari 1958 yang didukung Amerika. Kolonel Ahmad Hussein, Panglima militer di Sumatra bangian tengah dan komandan militer di Sulawesi Utara Kolonel Ventje Sumual mendeklarasikan gerakan PRRI-Permesta untuk menggulingkan Bung Karno. Banyak pemimpin partai Masyumi bergabung, termasuk Sjafruddin Prawiranegara, yang menolak pengaruh Partai Komunis Indonesia. Karena rhetorika anti-komunis itu para pemberontak menerima bantuan senjata dan dana dari CIA hingga Allen Lawrence Pope, seorang pilot Amerika, ditembak jatuh pada saat melakukan  pengeboman di kota Ambon yang dikuasai pemerintah pada bulan April 1958.  Pemrintah pusat membalas dengan melancarkan serangan udara dan laut ke pusat-pusat pemberontakan di Padang dan Manado. Di akhir tahun 1958, para pemberontak sudah dilumpuhkan, dan pasukan pemberontak yang terkahir menyerahkan diri di bulan Agustus 1961.[3]

Jadi bisa dimengerti mengapa kunjungan Che di tahun 1959 itu sangat dicurigai oleh Amerika. Kedekatan Indonesia dan salah satu sekutu Soviet itu akan menjadi ancaman besar bagi blok Barat. [S]

 

[1] Mark J. Gasiorowski and Malcolm Byrne, Mohammad Mosaddegh and the 1953 Coup in Iran, Syracuse University Press, 2004. h. 125.

[2] Stone, Norman (2010). The Atlantic and Its Enemies:  A History of the Cold War. Basic Books Press.  h. 199, 256.

[3] Roadnight, Andrew (2002). United States Policy towards Indonesia in the Truman and Eisenhower Years. New York: Palgrave Macmillan.

[sumber: darfi.wordpress.com]

[sumber: darfi.wordpress.com]

[sumber: darfi.wordpress.com]

[sumber: darfi.wordpress.com]

Tinggalkan Komentar