Puisi

Puisi-puisi Timor

Timora

Timor
Kau bukan eksotis
Kau terindah
Terindah dalam keringmu
Terindah dalam kepolosanmu

Timor
Kau bukan Yunani, bukan Romawi
Kau bukan Jawa, bukan India
Tidak banyak yang tertulis
Tidak banyak yang diingat
Kecuali bahwa Kau, tidak pernah menyerah pada kolonial
Perlawanan pasifmu, menganggap yang berkuasa tiada
Gemasnya kolonial padamu
Jengkelnya padamu,
Sekolah-sekolahpun tidak disediakannya
Pendidikan modern pun tidak dikasih
Tak perlu ratapi sejarah
Toh, mereka hanya menghafal pengetahuan tanpa paham

Timor
Perempuan-perempuanmu menenun
Menenun dengan filsafatmu sendiri
Mereka menebak-nebak arti
Kain tenunanmu membelut tubuh polos
Belutan tenunanmu membuat kulit perempuan bercahaya,
Lebih sexy, Lebih cantik

Timor
Kepada mu, ku merindu
Rindu yang dalam
Lebih dalam dari laut mu

Timor
Dari perutmu ku terlahir
Dari perutmu, kekasihku terlahir
Dari perutmu, anak-anaku terlahir

Timor
Sakit hatiku.
Orang-orang berbicara yang buruk tentangmu
Tentang ketertinggalanmu
Tentang kebodohan dewa-dewa langit mu
Dewa-dewa langit yang korup

Timor,
Ku bangga padamu
Jangan bilang-bilang kalau tangan anak-anakmulah yang membangun pondokanku
Jangan bilang-bilang kalau kau tahu yang kau tau
Yang penting kau tahu yang tidak kau tahu,
Cukuplah untuk hari ini

Timor,
Esok mungkin El-Nino
Bersiaplah
Hemat air, hemat benih
Yang penting cukup makan, cukup minum

Oh, Timor,
Rindu,
Rindu padamu Timor
Rindu yang dalam
Rindu pada pelukan anak-anak
Rindu pada pelukan perempuan Timor

Dan menjauh dari mu sehari, seperti seribu hari tak bersua
Rindu

Singapura, 15 Feb 2014

Foto: Lukisan Three Smiling Women. Lukisan ini di-commissioned oleh the East Timor Development Agency to celebrate Timorese independence.Sumber: ABC.

Koalemos

Generasi ini dirasuk Dewa Koalemos
Roh kebodohan menguasai negeri

Hafallah
Setelah download, baca dan hafallah
Agar engkau akan dikenang
Sebagai murid sejati
Sebagai pembeo sejati
Berlakulah seperti para dewa langit
Membeolah seperti para penguasa bumi
Sebab kau akan disebut anak-anak mereka

Karena para dewa langit menciptakan kata
Karena penguasa bumi menciptakan simbol
Kamu menghafalkannya

Para dewa langit menciptakan makna
Penguasa bumi menghafalkan makna
Kau menghafalnya hingga titik koma

Bahkan ketika menulis
Bahkan ketika membaca
Bahkan ketika bermimpi
Tulisan, bacaan dan mimpi adalah ide sang penindas
Berlakulah seperti para dewa langit dan penguasa bumi
Sebab kau akan disebut penurut

Entah mengapa
Kaumku menikmati kemiskinan
Ya, kemiskinan ide
Ya, masokis kemiskinan ide

Setelah download, baca dan hafallah
Baca dan hafal
Hafal yang baik
Kau kan dikenang selalu
Sebagai murid sejati
Sebagai pembeo sejati
Berpikirlah seperti para dewa langit dan penguasa bumi
Sebab kau akan dijadikan robot penerus

Tapi, Kau yang di sudut sana
Yang mengaku pemikir, akademisi
Bisakah kau
Sehari saja
Menciptakan makna
Menuliskannya
Dari pikiranmu sendiri?

Kau sanggup menantang para dewa
Asalkan merdekalah dalam berpikir
Asalkan merdekalah dalam menulis

Singapura, 15 Februari 2014

Realitas palsu

Sopir memegang setir
Kupang-Atambua ditarget
Realitas hanya soal lagu melankolis 1980an

Dosen memberi pengajaran
Mahasiswa ditarget
Realitas hanya soal diktat 1980an

Fotographer memegang kamera
Obyek ditarget
Realitas dibingkai empat sudut

Pandita menghafal ayat
Umat ditarget
Realitas dicocokan kitab suci

Hakim korup menghafal pasal
Pesakitan ditarget
Realitas dipahami legalitas sempit

Polisi memegang pentungan
Pencuri ditarget
Realitas dikecilkan sebagai pentung senapan

Mahasiswa menghafal pelajaran
Buku perpustakaan disobek
Pengetahuan dikerdilkan sebagai kata-kata kosong

Dosen-dosen menyiapkan presentasi
Google disembah
Realitas dan pengetahuan soal copy paste

Politisi memberi kartu nama
Pemilih ditarget
Realitas hanya soal orang kita

Birokrat memerangi kemiskikan
Yang miskin ditarget
Realitas hanya soal manipulasi

LSM memerangi kelaparan
Si lapar di target
Realitas kepedulian hanya soal seberapa jauh donor beri uang

Prajurit memegang senapan
Musuh leteralis semakin suram
Realitas arah senapan diarahkan pada rakyat sendiri

Tua adat bermimpi menjadi politisi
Sapi babi si rakyat dipotong
Realitas hanya soal manipulasi genetika sosial

Ekonom percaya kerangka konsep
Kemiskinan diteropong
Realitas penganggaran hanya soal kampung penguasa

Singapura, 16 Februari 2014

*Puisi-puisi ini adalah karya Tanlas seorang warga NTT, Tenaga Kerja Indonesia di Singapura

2 komentar di “Puisi-puisi Timor

Tinggalkan Komentar