Foto Sejarah / Sejarah

Raja yang dimakan api: Matinya Raja Bil Nope di Niki Niki (bagian II)

Satutimor.com/KUPANG–

Peta Timor sebelum Pertukaran Maukatar (sekarang di Timor Leste) dengan Noemuti. Itulah sebabnya di dalam cerita ini disebutkan bahwa Bil Nope mencari dukungan pada enclave Protugis  di Noemuti. (sumber: koleksi KITLV)

Peta Timor sebelum Pertukaran Maukatar (sekarang di Timor Leste) dengan Noemuti. Itulah sebabnya di dalam cerita ini disebutkan bahwa Bil Nope mencari dukungan pada enclave Protugis di Noemuti. (sumber: koleksi KITLV)

Awalnya Bil Nope optimis akan menang. Ia mencari dukungan pada enclave Portugis di Noemuti, tetapi Raja da Costa menolak berpartisipasi; kerajaan Noemuti independent dari Portugis dan Da Costa tidak ingin mengambil risiko Belanda marah. Bil Nope nampaknya tiba pada kesimpulan bahwa melawan Belanda sama saja dengan bunuh diri. Namun ia tetap menyatakan bahwa ia lebih baik mati daripada menerima penghinaan Letnan Hoff.[1]

Apa yang sesungguhnya terjadi di Niki-Niki selama waktu-waktu terakhir Bil Nope sulit dikatakan. Dalam laporannya Oktober 1910 residen Belanda mencatat bahwa penyebab pemberontakan itu tidak diketahui, tetapi pemberontakan itu berakhir beberapa hari sebelum Bil Nope terbunuh saat istananya diserang oleh pasukan Belanda.[2] Menurut sebuah laporan Belanda yang lebih kemudian pemberontakan berlangsung setidak-tidaknya satu minggu sebelum Bil Nope terbunuh, dimana pada 3 Oktober istri-istri dari tiga tentara Belanda dibunuh di tempat tidur (Reijntjes 1948; lihat jugaKrayer van Aalst 1924:61). Kemudian sekumpulan besar pasukan berkuda mendekati rumah Hoff, tetapi mereka dipukul mundur. Bil Nope lalu bersembunyi di istananya dan pasukan Belanda ditembak dari dalam (Reijntjes 1948). Menurut sumber-sumber Timor benar ada usaha untuk membunuh Hoff oleh seorang kuat bernama Sufa Selan, tetapi ia ditembak mati. Lalu serangan-serangan dilakukan terhadap barak tentara, dan jaringan telpon ke post Belanda di Kapan dn Noeltoko diputuskan.

Bil Nope, keluarganya, pelayan-pelayan dan sejumlah pejuangnya bersembunyi di dalam istana, sementara pejuang yang lain mengambil posisi strategis di sekitar istana.[3] Walaupun jaringan telepon diputuskan, dengan mengirimkan utusan ke Kapan, Belanda bisa mengirimkan pasukan tambahan dari Kapan. Pengepungan terhadap istana dimulai. Saat pengepungan terus berlangsung, pasukan Bil Nope dihancurkan secara cepat. Akhirnya, dengan hanya sedikit pejuang tersisa di istana, Bil Nope memutuskan bahwa saatnya tiba untuk menghormati sumpahnya untuk mati. Ia memerintahkan anaknya Koko Sufa Leu dan pasukan yang tersisa untuk melarikan diri, dan membakar istana sebelum menarik diri mundur. Bil Nope, istri-istrinya dan pelayan-pelayan yang setia (mantan-mantan budak) lalu turun ke kamar bawah tanah.[4] Dengan begini, penguasa tua Amanuban itu mengakhiri hidupnya dengan terhormat. Ia sekarang diingat sebagai Usi Lan Ai: raja yang mati oleh api.[5]

Istana terbakar selama beberapa hari dan tidak ada jenazah yang ditemukan keculi tulang-tulang yang hangus terbakar. [6] Sebuah laporan Belanda menyebut 14 jumlah korban jiwa, sementara sebuah monument yang didedikasikan kepada Bil Nope di pekuburan istana di Niki-Niki menyebut 22 orang terbakar dalam api. [7] Sumber-sumber Belanda membisu tentang korban jiwa dari pihak mereka, namun sumber-sumber Timor menyebut dua atau tiga tentara Belanda terbunuh selama pengepungan istana (Doko 1981:37; Sejarah 1983:59-61). Letnan Hoff melaporkan bahwa Koko Sufa Leu ada di Antara orang-orang Timor yang terbunuh dan menyodorkan sebagai bukti sepasang cincin kaki perak yang dikenal dipakai oleh Koko Sufa Leu. Cincin ini katanya ditemukan oleh Hoff di puing yang masih menyala.

***

Kapten H. Gramberg menginvestigasi insiden di tahun 1913 dan mengarisbawahi bahwa jika api sangat lama sehingga meninggalkan hanya tulang-tulang terbakar, bagimana mungkin cicin-cincin perak itu tidak rusak sedikitpun? Ia juga mencatat kesaksian seorang perempuan Niki Niki yang melihat Koko Sufa Leu menyamar mengenakan pakaian perempuan dan meninggalkan istana. Gramberg memasukkan dalam laporannya pernyataan sejumlah orang Timor yang mengklaim telah bertemu atau melihat Koko Sufa Leu setelah dia dinyatakan mati.[8]

Radja Petrus Pae Nope dari Amanuban di tengah kepala-kepalanya. Foto yang ini diperkirakan diambil tahun 1925-1930. Kemungkinan besar Petrus Pae Nope yang menggantikan Noni Nope. {Sumber: Koleksi KITLV)

Radja Petrus Pae Nope dari Amanuban di tengah kepala-kepalanya. Foto yang ini diperkirakan diambil tahun 1925-1930. Kemungkinan besar Petrus Pae Nope yang menggantikan Noni Nope. {Sumber: Koleksi KITLV)

Amanuban kembali tenang segera setelah kematian raja tua. Noni Nope, seorang saudara muda Bil Nope, diangkat sebagai raja dan Belanda senang bahwa tidak ada lagi kekacauan setelah itu. Namun, ada rumor bertahun-tahun setelah itu bahwa Koko Sufa Leu masih hidup dan tinggal di pinggiran Niki-Niki. Di tahun 1912 ada sejumlah serangan senjata berapi di Niki Niki. Sasarannya termasuk sekolah yang saat itu telah didirikan di tempat rumah Koko Sufa Leu sebelumnya. Ada juga usaha untuk membakar rumah Oeij Tjoe Oean, orang China yang telah menikahi perempuan yang melarikan diri (atau diusir) dari istana. [9] Pada bulan Maret 1914 Belanda menerima laporan bahwa Koko Sufa Leu hidup di Noemuti dan telah membicarakan dengan Raja da Costa dari Oecusse tentang kemungkinan mengadakan pemberontakan di wilayah Belanda.[10] Pemberontakan itu tidak terjadi dan Koko Sufa Leu tak pernah terdengar atau terlihat lagi.

Menurut Farram, pemberontakan yang dilancarkan oleh Bil Nope unik karena dua alasan. Keputusannya untuk mati dalam pertempuran daripada menyerahkan diri kepada Belanda adalah aksi yang tidak biasa bagi seorang raja Timor; bahkan raja besar Sonbai pun menyerah kepada Belanda. Juga, Bil Nope membuat banteng di istananya sendiri, yang tidak terlalu luar biasa, namun ia menambahkan ruang bawah tanah khusus yang ia rencanakan untuk digunakan pada saat-saat terakhirnya. Dalam waktu-waktu sebelum pemberontakan Bil Nope menjaga jarak dengan Letnan Hoff. Sebaliknya semua pertemuan dengan wakil Belanda dihadiri oleh pangeran Koko Sufa Leu, yang kemudian langsung melaporkan ke ayahnya (Doko 1981:34-5). Tidak disebutkan sedikitpun laporan bulanan residen tentang masalah ini di Niki Niki saat itu, walaupun Hoff melaporkan segera setelah pemberontakan bahwa ada ketidakpuasan terhadap permintaan untuk keharusan kerja untuk pembangunan jalan dan proyek perkebunan. [11] Sebuah laporan Belanda yang lebih kemudian menklaim bahwa ada penolakan yang meluas untuk membayar pajak dan melaksanakan kerja corvée (Reijntjes 1948). Masalah-masalah ini dilaporkan sebagai masalah, sehingga tidak lazim jika masalah ini tidak dilaporkan pada waktu terjadinya dalam laporan bulanan sang residen.

Nasib Koko Sufa Leu memang sebuah misteri besar dalam sejarah Timor, namun ada yang lebih misterius lagi dari keseluruhan cerita ini.  Laporan Letnan Hoff tidak lengkap dan tidak konsisten. Ini bisa dimengerti karena ia sangat terlibat secara pribadi dan tentu saja mencoba menutupi interest pribadinya.  Namun ada tiga laporan yang bisa memberi sedikit titik terang terhadap apa yang terjadi di Niki Niki di tahun 1910. Yang pertama adalah laporan Gramberg tahun 1913 yang disebutkan di atas. Gramberg sangat kritis terhadap Hoff dan secara implisit menyalahkan karena menyebabkan timbulnya pemberontakan itu.[12] Laporan kedua adalah laporan dari missionaris protestan H. Krayer van Aalst (1924), yang didasarkan pada informasi yang diterima dari Controleur Timor Tengah Selatan yang ditempatkan di Niki Niki  pada tahun 1921. Informasi yang paling penting dalam laporan itu adalah dugaan bahwa perempuan disebut Gramberg sebagai melarikan diri dari istana sebenarnya adalah istri kesayangan Bil Nope, dan bahwa ia telah dipaksa keluar oleh Hoff, sehingga memicu pemberontakan fatal ini. Dokumen ketiga adalah laporan tentang Timor Tengah Selatan yang ditulis oleh  W.H.G. Reijntjes di tahun 1948. Walaupun ditulis beberapa decade kemudian, informasinya cukup detail. Informasi-informasi ini mungkin didapatkan dari pengakuan para saksi atau mungkin laporan ini di dasarkan pada sebuah dokumen lebih tua.

Penolong orang sakit (Hulpprediker) A. Krayer van Aalst dengan istrinya dan putri mereka Adé di Kapan, sebelah utara Soë. Krayer Van Alt pernah ditempatkan di Niki Niki dan laporannya adalah salah satu laporan yang memberi sedikit titik terang tentang apa yang terjadi pada saat pemberontakan Bil Nope. {sumber: Koleksi KITLV)

Penolong orang sakit (Hulpprediker) A. Krayer van Aalst dengan istrinya dan putri mereka Adé di Kapan, sebelah utara Soë. Krayer Van Alt pernah ditempatkan di Niki Niki dan laporannya adalah salah satu laporan yang memberi sedikit titik terang tentang apa yang terjadi pada saat pemberontakan Bil Nope. {sumber: Koleksi KITLV)

Laporan ini menyatakan bahwa Belandalah yang lebih bertanggungjawab atas kematian Bil Nope daripada sebaliknya. Bil Nope dipandang sebagai pahlawan di Timor sekarang; ketetapannya untuk melawan Belanda dan rela mati daripada menyerah kepada Belanda menjadikannya bersinar dalam sejarah Indonesia. Kematiannya menjadi glorious karena ia sendiri, karena ialah yang memerintahkan istananya dibakar. Namun laporan Reijntjes nampaknya bertentangan dengan ini. Dalam laporan ini dinyatakan bahwa sonaf “dikepung dan dibakar”. Lalu iamelanjutkan bahwa sang Raja bersembunyi di gua atau persembunyian di belakang istana dan menolak untuk keluar walaupun berkali-kali diperingatkan.  Akhirnya, tulis Reijntjes, Bil Nope dan pengikutnya dibunuh setelah ‘sekumpulan bahan bakar dilemparkan ke dalam gua’ (Reijntjes 1948). Apakah Belanda dengan sengaja bermaksud membunuh Bil Nope? Reijntjes nampaknya berkata demikian.{satutimor}


[1] H. Gramberg, ‘Koko Soefa Leo, radja moedah van Amanoebang’, 1 Oktober 1913, dalam Memories.

[2] E.F.J. Loriaux, ‘Politiek-Gedeelte van het Kort-Verslag der residentie Timor en Onderhoorigheden over de maand October 1910’, dalam Politieke verslagen.

[3] Doko 1981:36-7; Sejarah 1983:58-60. Menurut Gramberg tidak ada serangan terhadap barak tentara, tetapi ada serangan terhadap kompleks di mana Hoff tinggal. Ini, menurutnya, merupakan bukti bahwa pemberontakan dilancarkan terhadap Hoff dan bukan terhadap ‘Kompeni.’; lihat H. Gramberg, ‘Koko Soefa Leo, radja moedah van Amanoebang’, 1 Oktober 1913, dalam Memories.

[4] Doko 1981:38-39; Sejarah 1983:58-60. Wawancara Farram dengan Pae Nope, Niki Niki, 15 Juni 2000.

[5] Wawancara Farram dengan Pae Nope, Niki Niki, 15 Juni 2000. Lihat juga Doko 1981:39.

[6] Lihat H. Gramberg, ‘Koko Soefa Leo, radja moedah van Amanoebang’, 1 Oktober 1913, in Memories.

[7] Reijntjes 1948.

[8] H. Gramberg, ‘Koko Soefa Leo, radja moedah van Amanoebang’, 1 Oktober 1913, dalam Memories.

[9] De Civiel en Militaire Resident Van Rietschoten, ‘Politiek Gedeelte van het Kort Verslag over de maand October 1912 van der residentie Timor en Onderhoorigheden’; and ‘Politieke gedeelte van het Kort Verslag over de maand November 1912 van het Gewest Timor en Onderhoorigheden’, both in Politieke verslagen. Lihat juga H. Gramberg, ‘Koko Soefa Leo, radja moedah van Amanoebang’, 1 Oktober 1913, dalam Memories.

[10] Secretaris Ezerman, ‘Politiek Gedeelte van het Kort Verslag der residentie Timor en Onderhoorigheden over de maand Maart 1914’, dalam Politieke verslagen.

[11] H. Gramberg, ‘Koko Soefa Leo, radja moedah van Amanoebang’, 1 Oktober 1913, dalam Memories.

[12] H. Gramberg, ‘Koko Soefa Leo, radja moedah van Amanoebang’, 1 Oktober 1913, dalam Memories.

Literatur:

Doko, I.H.
1981 Pahlawan-pahlawan suku Timor. Jakarta: Balai Pustaka.

Krayer van Aalst, H.
1924 ‘Het dooden-feest te Niki-Niki. Mei 1922’, De Timor-Bode 9:60-4.

McWilliam, Andrew R.
1989 ‘Narrating the gate and the path; Place and precedence in South West Timor’, PhD thesis, Australian National University, Canberra.
1999 ‘From lord of the earth to village head; Adapting to the nation-state in West Timor’, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 155:121-44.
2002 Paths of origin, gates of life; A study of place and precedence in southwest Timor. Leiden: KITLV Press. [Verhandelingen 203.]

Memories
n.d. Memories van overgave: Collecties van het Ministerie van Koloniën. Lisse, the Netherlands: MMF Publications. [Microfiche version.]

Politieke verslagen
n.d. Politieke verslagen en berichten uit de Buitengewesten van Nederlands Indië, 1898-1940. Lisse, the Netherlands: MMF Publications. [Microfiche version.]

Reijntjes, W.H.G.
1948 ‘Memorie van overgave: Zuid Midden Timor’. [Manuscript. Collection of Ben Mboi, Kupang.]

Schulte Nordholt, H.G.
1971 The political system of the Atoni of Timor. The Hague: Nijhoff. [KITLV, Verhandelingen 60.]

Satu komentar di “Raja yang dimakan api: Matinya Raja Bil Nope di Niki Niki (bagian II)

Tinggalkan Komentar